Sunday, August 02, 2009
Wedding Cake
Di balik setumpuk cake ini ada berbagai cerita yang melatar belakangi-nya. Wedding cake pertamaku itu bisa terwujud dengan bantuan banyak teman-teman, melibatkan banyak orang , membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Meskipun sederhana aku mampu menjawab tantangan dari diriku sendiri untuk membuat cake yang serius.
Berawal dari sms yang masuk ke nomer esiaku tgl 23 Juli dari Ledina kalau dia ingin pesan wedding cake untuk tanggal 1 Agustus. Ledina rupanya dapat nomerku dari ibu Siregar (yg akhirnya aku tahu ternyata Mozza Pramita).
Aku bilang kalau aku belum pernah membuat wedding cake sebelumnya. Jadi kalau mau maka wedding cake Ledina akan aku buat sebagai ajang latihan buatku untuk membuat wedding cake. Dan Ledina setuju.
Hari Senin aku belum panik karena detailnya belum dikirim jadi tenang-tenang aja. Cuma mulai telpon-telponan sama Peni, aku benar-benar butuh bantuan nih. Hari Selasa aku ribet dengan operasi gigi seharian kemudian dilanjutkan dengan membuat cake untuk Wiwid (waduh gambar cake Andy Lau-nya ada di hp dan belum aku download nih Wid. anyway makasih testimoninya ya, ntar aku pasang di blog-ku sama foto cake Andy Lau-nya deh).
Rabu pagi-pagi tgl 29 banget aku meluncur ke PIM, mau menyerahkan cake Andy Lau pesanan Wiwid sama sekalian mau ketemu dengan Ledina. Setelah ngobrol panjang lebar gak kerasa rupanya sudah jam 12.30. Tapi aku bersemangat banget dengan hasil pembicaraan sehingga aku lupa kalau aku lapar dan langsung meluncur menuju ke Titan untuk mencari bahan yang aku butuhkan. Di Titan gak ada jadi aku teruskan ke Wilton di Fatmawati. Pake macet segala. Tapi rasanya sebel sudah tertutup dengan semangat membara...!!! Duh kesannya.
Hari Kamis pagi tgl 30 aku bikin cake mendadak untuk anniversary-nya Nungki. Bener-bener gak ada planning jadi asal bikin cake aja. Setelah cake jadi sambil menunggu ganache-nya mengeras aku ke rumah mbak Ita untuk pinjam cake stand-nya. Sampai di sana dijelasin sama Agus (asistennya mbak Ita) bagaimana cara memasang tier dan cake. Wahh aku sudah mulai deg-deg-an. Setelah itu aku ke Ani di jl. Gunung Sahari. Awalnya mau sendiri naik kereta tapi cintaku menawarkan diri untuk mengantar.
Jadi rute hari Kamis itu adalah
GTA ---> mang Engking (Technonatura juara 1 di biotekh di acara ICT) ---> ke ketapang mampir sebentar ke rumah ibu ---> ke rumah Nungki nge-drop cake sambil pinjem mikser ---> ke Ani belanja-belanji untuk keperluan wedding cake-nya Ledina.
Sampai di rumah jam 18.35 dalam keadaan telerrr...
Alhamdulillah hari Jumat datang. Aku mulai menimbang ini dan itu. Karena banyak juga kebutuhan untuk wedding cake apalagi pakai lapis surabaya.
Dua buah mikser istimewa dikerahkan untuk membuat lapis surabaya. Sekalian ingin mencoba membandingkan antara kitchen aid-ku dengan kenwood-nya Nungki.
So far aku pakai mikserku kecepatan 8 (maksimum 10) untuk membuat cake. Sedangkan Nungki pakai speed maksimum (12) untuk membuat cake. Ternyata kemarin pakai kenwood hasilnya memang lebih kental. Secara lapis surabaya tidak menggunakan emulsifier tapi kuning telur yang super banyak, jadi aku mengandalkan mikser 2 ini untuk bekerja sama membuat lapis surabaya. Plus ditambah ada rekues mendadak dari tetangga untuk membuat sponge cake untuk alas tiramisu. Dikerjain aja deh lha wong bahan ada, alat ada, tenaga ada dan waktu juga masih panjang.
Ternyata membuat cake-nya aja membutuhkan waktu seharian bahkan sampai jam 12 malam. Setelah itu jam 5 pagi di hari Sabtu aku mulai menyusun cake-cake itu. Mulai mengoles dengan buttercream. Dan ups...ada 1 cake yg rasanya kurang ngembang neh jadi mesti ngocok lagi 18 butir telur ke dalam 1 kom mikser. Sambil nunggu cake 1 matang aku mengerjakan yang lain. Ambil bunga. Ledina mau ada bunga segar di cake-nya. Untung mbak Dewi ngingetin kalau di margonda ada florist. Lumayanlah meski bunganya terbatas.
Urusan bunga selesai istirahat dulu, break makan siang. Dan wahhh sudah jam 1. Setelah ngapa-ngapain baru meneruskan menghias cake. Setelah sholat ashar dan mandi baru berangkat. Mungkin karena ini pertama kalinya bikin wedding cake jadi deg-deg-an. Takut macet, takut terlambat dan banyak takutnya yang makin bikin deg-deg-an. Sampai di Griya Karang Tengah jam 5 dan bakul kue amatir mulai bekerja di bantu asisten tercinta (asisten di dapur sumur dan kasur hahahaha).
Alhamdulillah selesai pas jam 6 saat adzan maghrib berkumandang. Segera aku bereskan meja dan pamitan.
Alhamdulillah.... lega banget...
Dan yang paling berkesan saat cintaku bilang
"Aku bangga padamu lho" haiya..langsung kleper-kleper deh hatiku :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Bener kata suami mbak "Aku bangga padamu lho". Perjuangan yg berakhir dng kebahagiaan ya mbak, apalagi yg ngomong orang tercinta (jd terharu). Di depok itu toko kue atau rmh mbak? Kalo nur el main ke rmh temen nur el di depok mana tau bs liat2, kalo ada toko kuenya mana tau bs icip2..:) Kalo sate ponorogonya dimana mbak. Sukses terus yah mbak :)
Bener kata suami mbak "Aku bangga padamu lho". Perjuangan yg berakhir dng kebahagiaan ya mbak, apalagi yg ngomong orang tercinta (jd terharu). Di depok itu toko kue atau rmh mbak? Kalo nur el main ke rmh temen nur el di depok mana tau bs liat2, kalo ada toko kuenya mana tau bs icip2..:) Kalo sate ponorogonya dimana mbak. Sukses terus yah mbak :)
Post a Comment